November 16, 2012

Tolong halangi aku untuk maju lebih dekat, jangan biarkan aku melewati garis yang mereka sebut merah ditambah putih, hempas tubuhku apabila kaki ini tetap memaksa melangkah, buang aku jauh ketika aku mulai mengatakan cinta. Ini sungguh terlalu berbahaya.

Tolong tetap kamu baik padaku, tapi halangi aku kalau aku meronta-ronta untuk masuk. Ini terlalu sungguh berbahaya.

Tolong jangan memanggilku dengan nama Egois, aku lebih suka dipanggil Sundal.


November 16, 2012

Kali pertama aku bertemu dengan kamu, sejak pertama kali melihat langsung rupa kamu, jarak 5 meter pertama aku dan kamu,

Aku sudah tahu seperti apa rasa telapak tanganmu.

Sebelum aku benar-benar menyentuhnya. Hingga kini aku bahkan belum pernah menyentuhnya. Tapi sungguh, aku yakin sekali bahwa definisi rasa tangan kamu yang ada di kepalaku ini begitu tepat, setepat ketiadaan dari selamanya.

Tangan itu kasar, empuk dan kering. Tidak dingin juga tidak hangat. Tapi juga tidak mati.

Aku ingin bertanya kalau saja aku boleh, sekali saja, menggenggam telapak tangan kamu. Bukan aku ingin membuktikan konsep rasa tangan kamu, hanya saja, aku hanya, ingin saja. 


November 14, 2012

Aku tidak mau pulang ke rumah.

Aku mau menjadi rumah bagi orang lain.

Aku ingin menunggu seseorang, dan

bukan ditunggu di rumah.

Karena namaku adalah Rumah. Aku adalah rumah yang seharusnya dihuni kereta, tapi kereta pulang ke stasiun. Kenapa tidak pulang ke rumah saja, ada yang menunggu; yang catnya sudah sedikit usang dilahap 10 derajat celcius. 


October 7, 2012

Tiba-tiba aku ingin menulis karena tiba-tiba jariku bergerak dengan sendirinya karena tiba-tiba sebatang pena terenggut begitu saja karena tiba-tiba aku seperti melihat sesosok malaikat yang setengah tertidur yang begitu indahnya.

Selamat malam malaikat, namaku Pening.


March 18, 2012

Berhenti mencintaiku seperti sepatu kulit. Karena kamu bahkan tidak. Mungkin itu ingin.

Berhenti menginginkanku seperti sepatu kulit. Karena kamu nanti menginjak. Mungkin itu kagum.

Berhenti mengagumiku seperti sepatu kulit. Karena mungkin hanya gejolak. Mungkin,

Aku hanya solnya saja.


March 18, 2012

Aku meringkuk di dalam selimut berisi tiga kilogram dakron bersama dengan kamu. Bersama dengan kamu yang tidak berbicara ketika sperma tertahan di dalam kelaminmu. Kamu yang hanya merengkuh tubuhku yang berpeluh gairah malam itu. Memelukku kamu tidak.

……… Karena sperma tertahan di balik kelaminmu.

Aku meringkuk di dalam seribu gemetar dari permukaan tangisku. Dinginnya lebih dari tahun lalu. Lebih dingin dari fetus kering di dalam kepalaku. Memelukku kamu tidak.


aku rasa aku ingin bercinta dengan rasa tulisanmu yang ingin aku rasa.

July 18, 2011

July 18, 2011

Lama sekali aku tertidur. Bukan tertidur, tapi koma. Bukan koma, tapi mati. Mati suri, lalu bangun lagi. Tidak mati, hanya pergi sebentar. Tidak sebentar, tapi lama. Aku pergi cukup lama ternyata.

Kamu apa kabar? Maaf, aku lupa namamu. Aku hanya ingat nomor teleponmu, selalu kueja setiap pagi.

Lalu sudah setinggi apa menara terbalik yang sering kukencingi dulu? Aku dengar bertambah tujuh kaki, cepat sekali tumbuhnya. Kolam berisi kupu-kupu di sebelah rumah bapak pawang hujan juga sudah berubah, sekarang isinya tinta gurita. Ada yang bisa menjelaskan padaku mengapa bisa?

Sepi sekali namun. Aku meneliti sebentar.


semua berjalan cepat

January 26, 2010

semua jatuh terlambat


January 26, 2010

aku adalah sebutir pasir.
satu, dua, tiga, empat, lima,
kita adalah lima butir pasir.
lima butir pasir yang tak sengaja pernah tersapu ke dalam kotak musik, kotak amal, kotak labirin,
…..lalu diterbangkan angin bersama-sama.
lima butir pasir berjalan beriringan sampai ke ujung daratan,
sebuah pantai yang namanya sulit dipercaya.
lima butir pasir berlarian seperti menemukan euphoria yang lebih baru. berlari menuju bagian pantai terujung.
enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas, ……, seribu.
lima butir pasir menjadi seribu pasir di dalam air.
satu butir pasir bersama pasir ke-tujuh.
pasir ke-dua dicuri jari bersuara.
pasir ke-tiga jatuh cinta lalu menangis lalu tertawa lalu menangis lagi.
pasir ke-empat masuk penjara.
pasir ke-lima tidak peduli.
satu, dua, tiga, empat, lima, pasir menjadi berjarak karena terlalu banyak pasir dan air.
tidak boleh ada penyesalan, tidak boleh ada kesedihan.
angin tertawa, tak sabar menerbangkan lima pasir seperti dulu lagi.